Gambar Wayang : Wayang Mahabharata 3

Antara tahun 1919 dan 1966, para pakar di Bhandarkar Oriental Research Institute, Pune, membandingkan banyak naskah dari wiracarita ini yang asalnya dari India dan luar India untuk menerbitkan suntingan teks kritis dari Mahabharata. Suntingan teks ini terdiri dari 13.000 halaman yang dibagi menjadi 19 jilid. Lalu suntingan ini diikuti dengan Harivaṃsa dalam 2 jilid dan 6 jilid indeks. Suntingan teks inilah yang biasa dirujuk untuk telaah mengenai Mahabharata.[1]


Ringkasan cerita
Latar belakang: Mahabharata merupakan kisah kilas balik yang dituturkan oleh Resi Wesampayana untuk Maharaja Janamejaya yang gagal mengadakan upacara korban ular. Sesuai dengan permohonan Janamejaya, kisah tersebut merupakan kisah raja-raja besar yang berada di garis keturunan Maharaja Yayati, Bharata, dan Kuru, yang tak lain merupakan kakek moyang Maharaja Janamejaya. Kemudian Kuru menurunkan raja-raja Hastinapura yang menjadi tokoh utama Mahabharata. Mereka adalah Santanu, Chitrāngada, Wicitrawirya, Dretarastra, Pandu, Yudistira, Parikesit dan Janamejaya.

Para Raja India Kuno
Mahabharata banyak memunculkan nama raja-raja besar pada zaman India Kuno seperti Bharata, Kuru, Parikesit (Parikshita), dan Janamejaya. Mahabharata merupakan kisah besar keturunan Bharata, dan Bharata adalah salah satu raja yang menurunkan tokoh-tokoh utama dalam Mahabharata.

Kisah Sang Bharata diawali dengan pertemuan Raja Duswanta dengan Sakuntala. Raja Duswanta adalah seorang raja besar dari Chandrawangsa keturunan Yayati, menikahi Sakuntala dari pertapaan Bagawan Kanwa, kemudian menurunkan Sang Bharata, raja legendaris. Sang Bharata lalu menaklukkan daratan India Kuno. Setelah ditaklukkan, wilayah kekuasaanya disebut Bharatawarsha yang berarti wilayah kekuasaan Maharaja Bharata (konon meliputi Asia Selatan)[2].

Sang Bharata menurunkan Sang Hasti, yang kemudian mendirikan sebuah pusat pemerintahan bernama Hastinapura. Sang Hasti menurunkan Para Raja Hastinapura. Dari keluarga tersebut, lahirlah Sang Kuru, yang menguasai dan menyucikan sebuah daerah luas yang disebut Kurukshetra (terletak di negara bagian Haryana, India Utara). Sang Kuru menurunkan Dinasti Kuru atau Wangsa Kaurawa. Dalam Dinasti tersebut, lahirlah Pratipa, yang menjadi ayah Prabu Santanu, leluhur Pandawa dan Korawa.

Kerabat Wangsa Kaurawa (Dinasti Kuru) adalah Wangsa Yadawa, karena kedua Wangsa tersebut berasal dari leluhur yang sama, yakni Maharaja Yayati, seorang kesatria dari Wangsa Chandra atau Dinasti Soma, keturunan Sang Pururawa. Dalam silsilah Wangsa Yadawa, lahirlah Prabu Basudewa, Raja di Kerajaan Surasena, yang kemudian berputera Sang Kresna, yang mendirikan Kerajaan Dwaraka. Sang Kresna dari Wangsa Yadawa bersaudara sepupu dengan Pandawa dan Korawa dari Wangsa Kaurawa.



Prabu Santanu dan keturunannya
Prabu Santanu adalah seorang raja mahsyur dari garis keturunan Sang Kuru, berasal dari Hastinapura. Ia menikah dengan Dewi Gangga yang dikutuk agar turun ke dunia, namun Dewi Gangga meninggalkannya karena Sang Prabu melanggar janji pernikahan. Hubungan Sang Prabu dengan Dewi Gangga sempat membuahkan anak yang diberi nama Dewabrata atau Bisma. Setelah ditinggal Dewi Gangga, akhirnya Prabu Santanu menjadi duda.

Beberapa tahun kemudian, Prabu Santanu melanjutkan kehidupan berumah tangga dengan menikahi Dewi Satyawati, puteri nelayan. Dari hubungannya, Sang Prabu berputera Sang Citrānggada dan Wicitrawirya. Citrānggada wafat di usia muda dalam suatu pertempuran, kemudian ia digantikan oleh adiknya yaitu Wicitrawirya. Wicitrawirya juga wafat di usia muda dan belum sempat memiliki keturunan. Atas bantuan Resi Byasa, kedua istri Wicitrawirya, yaitu Ambika dan Ambalika, melahirkan masing-masing seorang putera, nama mereka Pandu (dari Ambalika) dan Dretarastra (dari Ambika).

Dretarastra terlahir buta, maka tahta Hastinapura diserahkan kepada Pandu, adiknya. Pandu menikahi Kunti kemudian Pandu menikah untuk yang kedua kalinya dengan Madrim, namun akibat kesalahan Pandu pada saat memanah seekor kijang yang sedang kasmaran, maka kijang tersebut mengeluarkan (Supata=Kutukan) bahwa Pandu tidak akan merasakan lagi hubungan suami istri, dan bila dilakukannya, maka Pandu akan mengalami ajal. Kijang tersebut kemudian mati dengan berubah menjadi wujud aslinya yaitu seorang pendeta.

Kemudian karena mengalami kejadian buruk seperti itu, Pandu lalu mengajak kedua istrinya untuk bermohon kepada Hyang Maha Kuasa agar dapat diberikan anak. Lalu Batara guru mengirimkan Batara Dharma untuk membuahi Dewi Kunti sehingga lahir anak yang pertama yaitu Yudistira Kemudian Batara Guru mengutus Batara Indra untuk membuahi Dewi Kunti shingga lahirlah Harjuna, lalu Batara Bayu dikirim juga untuk membuahi Dewi Kunti sehingga lahirlah Bima, dan yang terakhir, Batara Aswin dikirimkan untuk membuahi Dewi Madrim, dan lahirlah Nakula dan Sadewa.

Kelima putera Pandu tersebut dikenal sebagai Pandawa. Dretarastra yang buta menikahi Gandari, dan memiliki seratus orang putera dan seorang puteri yang dikenal dengan istilah Korawa. Pandu dan Dretarastra memiliki saudara bungsu bernama Widura. Widura memiliki seorang anak bernama Sanjaya, yang memiliki mata batin agar mampu melihat masa lalu, masa sekarang, dan masa depan.

Keluarga Dretarastra, Pandu, dan Widura membangun jalan cerita Mahabharata.

Pandawa dan Korawa

Pandawa dan Korawa merupakan dua kelompok dengan sifat yang berbeda namun berasal dari leluhur yang sama, yakni Kuru dan Bharata. Korawa (khususnya Duryodana) bersifat licik dan selalu iri hati dengan kelebihan Pandawa, sedangkan Pandawa bersifat tenang dan selalu bersabar ketika ditindas oleh sepupu mereka. Ayah para Korawa, yaitu Dretarastra, sangat menyayangi putera-puteranya. Hal itu membuat ia sering dihasut oleh iparnya yaitu Sangkuni, beserta putera kesayangannya yaitu Duryodana, agar mau mengizinkannya melakukan rencana jahat menyingkirkan para Pandawa.

Pada suatu ketika, Duryodana mengundang Kunti dan para Pandawa untuk liburan. Di sana mereka menginap di sebuah rumah yang sudah disediakan oleh Duryodana. Pada malam hari, rumah itu dibakar. Namun para Pandawa diselamatkan oleh Bima sehingga mereka tidak terbakar hidup-hidup dalam rumah tersebut. Usai menyelamatkan diri, Pandawa dan Kunti masuk hutan. Di hutan tersebut Bima bertemu dengan rakshasa Hidimba dan membunuhnya, lalu menikahi adiknya, yaitu rakshasi Hidimbi. Dari pernikahan tersebut, lahirlah Gatotkaca.

Setelah melewati hutan rimba, Pandawa melewati Kerajaan Panchala. Di sana tersiar kabar bahwa Raja Drupada menyelenggarakan sayembara memperebutkan Dewi Dropadi. Karna mengikuti sayembara tersebut, tetapi ditolak oleh Dropadi. Pandawa pun turut serta menghadiri sayembara itu, namun mereka berpakaian seperti kaum brahmana.

Pandawa ikut sayembara untuk memenangkan lima macam sayembara, Yudistira untuk memenangkan sayembara filsafat dan tatanegara, Arjuna untuk memenangkan sayembara senjata Panah, Bima memenangkan sayembara Gada dan Nakula - Sadewa untuk memenangkan sayembara senjata Pedang. Pandawa berhasil melakukannya dengan baik untuk memenangkan sayembara.

Dropadi harus menerima Pandawa sebagai suami-suaminya karena sesuai janjinya siapa yang dapat memenangkan sayembara yang dibuatnya itu akan jadi suaminya walau menyimpang dari keinginannya yaitu sebenarnya yang diinginkan hanya seorang Satriya.

Setelah itu perkelahian terjadi karena para hadirin menggerutu sebab kaum brahmana tidak selayaknya mengikuti sayembara. Pandawa berkelahi kemudian meloloskan diri. sesampainya di rumah, mereka berkata kepada ibunya bahwa mereka datang membawa hasil meminta-minta. Ibu mereka pun menyuruh agar hasil tersebut dibagi rata untuk seluruh saudaranya. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat bahwa anak-anaknya tidak hanya membawa hasil meminta-minta, namun juga seorang wanita. Tak pelak lagi, Dropadi menikahi kelima Pandawa.


Watak Tokoh Wayang Mahabharata:

PALASARA
Nagari      : Ngastina
Rama        : Begawan Sakri
Ibu            : Dewi Sati
Garwa      : Dewi Durgandini, Kekayi, Wateri
Aji-aji      : sekti tanpa maguru
PRABU SENTANU
Nama        : Sentanu
Nagari      : Ngastina
Rama        : Prabu Pratipa
Ibu            : Dewi Sumanda
Garwa      : Dewi Gangga,  Dewi Durgandini, Citrawirya
Aji-aji      : Sabdadi
PANDHUDEWANATA
Dasa nama         : Pandhudewana, Pandhu Dewayana, Raden Gandawastra
Kasatriyane       : Ngastina
Rama                 : Prabu Abiyasa
Garwa               : Dewi Kunthi, Dewi Madrim
Sifat                  : Remen tapabrata, tansah bela kautaman
Kadigdayan      : Sekti mandraguna, dipunsuyudi para nata
Gaman              : Panah Haradadelai
DEWI KUNTHI
Dasanama  : Dewi Kunthi Ratu Jimat, dewi Prita
Sifat           : Hambeg welas asih, setia dhumateng kakung. Momong, momor, momot
DEWI MADRIM
Kasatriyane       : Mandaraka
Rama                 : Prabu Mandradipa
Garwa               : Prabu Pandhudewanata
Sifat                  : Setya bektimituhu dhateng garwanipun
PRABU DURYUDANA
Dasa nama     : Jakapitana, Gendarisiwim Suyudana, Kurawaindra, Kurupati, Destratmaja, Tri Panangsah
Kasatriyane       : Ngastina
Rama                  : Adipati Destarastra
Garwa               : Dewi Banowati peputra Lesmana, Lesmanawati
Sifat                  : Adigang-adigung adigunam sembada ing warna
Gaman              : Gajah Kyai Panukma, Gada Kyai pamecat nyawa
ADIPATI KARNA
Dasa nama         : Basusenam, Suryaputra, Bismantaka, Karna Suryatmaja
Kasatriyane       : Awanggga
Garwa               : Dewi Surtikanthi
Sifat                  : Gumendhung, kumalungkung, Gumedhe, Sentosa ing tekad
Gaman              : Keris Kyai Jalak, panah Kuntawijayadanu
PATIH SENGKUNI
Dasa nama            : Tri Gantalpati, Sakuni, Raden Swelaputra, arya suman
Kasatriyan            : Plasajenar
Rama                     : Prabu Kestawa
Garwa                   : Dewi Sukesti
Sifat                      : Julig, culika, candhula, dengki, srei, jahil, methakil, dhahwen open
Gaman / Aji-aji  : Kethu Jingga, cis / Lisah tala
RADEN SETYAKI
Dasa nama             : Yuyudana, Tambakyuda, Singamulangjaya, Wreniwira
Nagari                    : Swalabumi
Garwa                    : Dewi Tri rasa/ Garbariini
Sifat                       : Getapan, ngrampungi damel, tatag, tangguh, tanggon
Kadigdayan           : Sekti mandraguna
Gaman / Aji-aji   : Gada wesi Kuning / Saged memba Sardula (Singamulangjaya)
DRUPADA
Dasa nama   : Raden Sucitra
Nagari          : Pancala
Patih             : Destakestu
Rama            : Prabu Suganda
Ibu                : Arya Dupara
Garwa         : Dewi Drupadi, Wara Srikandhi, Tresthajumena
Sifat            : Hambeg tanuhita, darmahita, samahita, sarahita, berbudi bawaleksana
MATSWAPATI
Dasa nama           : Durgandana
Nagari                 : Wratha
Rama                   : Prabu Basukesthi
Ibu                       : Dewi Yukti/Andrika
Garwa                 : Dewi Rekathawati
Sifat                    : Hambeg Tanuhita, darmahita, samahita, sarahita
Kadigdayan        : Wenang nepak bunbunane wong sak praja
PATIH UDAWA
Dasa nama        : Krenengkara, Sagopiputra
Padhukuhan      : Widarakandhang
Rama                 : Prabu Basudewa
Ibu                     : Nyai Ken Sagopi
Sifat                  : Getapan, tatag, tangguh, tanggon
Gaman             : Keris kyai Blabar



Wayang Kurawa 1 :Wayang Mahabharata

Share on Google Plus

About okokokokok

    Blogger Comment
    Facebook Comment